Saya tidak tahu lagi sedingin apa hati anda jika anda tidak tergetar ketika mendengarkan Nessun Dorma, sebuah aria dari babak terakhir opera Turandot karya Giacomo Puccini dan salah satu aria tenor paling terkenal di dunia. Aria adalah bagian solo dari sebuah opera yang ditulis untuk karakter utama dan berfokus pada emosi karakter. Dan emosi yang memuncak megah pada akhir lagu akan membuat mata anda mbrebes mili.

Giacomo Puccini melahirkan karya opera Turandot pada tahun 1926. Turandot bercerita mengenai Calaf, il principe ignoto (pangeran yang tidak dikenal), yang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Putri Turandot yang cantik tapi dingin. Setiap pria yang ingin menikahi Turandot harus terlebih dahulu menjawab tiga teka-teki. Jika ia gagal menjawabnya maka ia akan dipenggal.

Calaf sebenarnya berhasil menebak ketiga teka-teki yang diajukan oleh sang putri kepada semua pelamar. Namun Putri Turandot mundur dan mengingkari sayembaranya sendiri karena tidak ingin menikahi Calaf. Terpecut keinginan untuk menikahi sang putri, Calaf kemudian menantang Putri Turandot untuk menebak namanya saat fajar. Putri Turandot bisa mengeksekusinya jika dia menebak namanya dengan benar. Tetapi jika tidak, dia harus menikah dengan Calaf. Sang putri yang kejam dan dingin kemudian memerintahkan seisi istana untuk membantunya dengan ancaman bahwa tidak seorang pun akan tidur malam itu sampai namanya diketahui. Jika gagal, mereka semua akan dibunuh.

Pada babak final opera tersebut Calaf sendirian di taman istana bercahaya bulan. Di kejauhan, dia mendengar para penyiar Turandot mengumumkan perintah sang putri. Disinilah Nessun Dorma dimulai. Dibuka dengan tangisan seisi istana akan perintah Putri Turandot, sang pangeran yang kasmaran kemudian menyombongkan kepercayaan dirinya. Tepat setelah paduan suara wanita menyampaikan keputusasaan untuk mengetahui namanya dan kematian yang membayangi mereka, Calaf kemudian menyanyikan bagian klimaks dari aria tersebut: Vincero! Vincero! Aku akan menang! Aku akan menang!

***

Nessun Dorma adalah sebuah lagu opera yang tidak asing bagi sepakbola. Semua dimulai pada gelaran Piala Dunia 1990 di Italia. Seorang produser BBC bernama Philip Bernie memiliki ide untuk menggunakan Nessun Dorma pada credit title siaran piala dunia di BBC setelah ia melihat gambar pemain sepak bola Italia Marco Tardelli merayakan gol di Piala Dunia 1982. Ia menggunakan rekaman saat Luciano Pavarotti menyanyikan Nessun Dorma dengan London Philharmonic Orchestra pada tahun 1972. Bernie terpaku pada satu kata di aria, vincero (aku akan menang). Sebuah kata yang sangat menggambarkan persaingan antar negara di piala dunia.

Sila buka peramban anda dan berselancarlah di Youtube. Ketik keyword BBC Italia ’90 World Cup dan anda akan menemukan sebuah harta karun yang tak ternilai. Tepat ketika Luciano Pavarotti meneriakkan kata vincero dan aria mencapai klimaks, adegan demi adegan dalam slowmotion mulai nampak: Pele digendong rekan setim sambil mengepalkan tangannya, Johan Cruyff menipu lawannya dengan menggunakan Cruyff’s Turn, Maradona melompat melewati tackling pemain lawan, Jurgen Klinsmann mempelopori gol sundulan seperti yang dilakukan Robin van Persie pada Piala Dunia 2016, serta Marco van Basten merayakan gol kemenangannya. Meleburnya kata vincero dengan adegan-adegan sepakbola dalam satu klimaks adalah sebuah mahakarya agung yang akan membuat badan anda gemetar dan air mengalir dari sudut mata anda.

Setelah digunakan oleh BBC untuk gelaran Piala Dunia 1990 tersebut, Nessun Dorma kemudian memperoleh status lagu pop dan mencapai peringkat 2 pada UK Singles Chart di tahun yang sama. Aria kepercayaan diri Calaf tersebut lalu menjadi lagu kebangsaan dalam sepak bola. Bersama Three Tenors, Pavarotti kemudian menyanyikan Nessun Dorma menjelang Final Piala Dunia FIFA 1990 di Roma. Setelah itu mereka melakukannya lagi di tiga Final Piala Dunia berikutnya, pada 1994 di Los Angeles, 1998 di Paris, dan 2002 di Yokohama.

Pada 7 Mei 2016, Andrea Bocelli menyanyikan Nessun Dorma di King Power Stadium, rumah Leicester City, sebelum pertandingan kandang terakhir Leicester City musim 2015-16 melawan Everton. Setelah pertandingan, Leicester diberikan trofi Liga Premier untuk pertama kalinya dalam sejarah mereka. Jika anda mencintai sepak bola dengan segala drama perjuangannya, mustahil anda tidak tergetar ketika mendengarkan Nessun Dorma.