Pilihan untuk melanjutkan kembali Bundesliga banyak mendapatkan protes. Walaupun Jerman telah secara bertahap membuka lockdown sejak akhir April, tidak berarti publik mendukung dibukanya kembali Bundesliga. Sebagian orang merasa bahwa Jerman telah salah dalam menempatkan prioritas, sementara yang lain tersinggung oleh gagasan mengenai Geisterspiel (ghost game – pertandingan tanpa penonton). Pada saat liga akan dimulai kembali pada bulan Mei, tingkat kematian akibat Corona di Jerman sudah mencapai 8.000 jiwa. Seminggu sebelum hari-H, terdapat 10 pesepakbola di Bundesliga yang positif Covid-19 ketika dilakukan tes swab.

Meskipun begitu, hampir tidak terdengar protes dari pesepakbola di Bundesliga. Sebagai contoh di Inggris tercatat Sergio Aguero dan Troy Deeney menolak untuk bermain jika Premier League dilanjutkan kembali. CEO Bayern Munich, Karl-Heinz Rummenigge bahkan menyatakan bahwa dengan dimulainya Bundesliga akan membantu masyarakat secara mental dalam menghadapi pagebluk Covid-19. Kalau pernyataan ini diucapkan di Indonesia bisa jadi Rummenigge akan menjadi meme bersanding dengan para Menteri Kabinet Kerja yang suka blunder dalam berbicara.

Maka dimulailah era New Normal untuk Bundesliga. DFL (operator Bundesliga) bekerja sama dengan otoritas kesehatan, TV dan klub mengajukan rencana Bundesliga restart secara tertulis dan  disetujui oleh pemerintah Jerman pada tanggal 6 Mei 2020. Rencana tersebut banyak menuntut disiplin dari pemain dan pemberlakuan social distanding. Suatu hal yang susah diterapkan di Indonesia karena karakter masyarakatnya yang cenderung mbalelo.

Para pesepakbola di Bundesliga akan ditest Covid-19 setidaknya dua kali seminggu dan harus dikarantina selama seminggu sebelum pertandingan pertama. Setelah itu, para pemain dari satu klub yang sama harus datang ke stadion dengan menggunakan dua bus yang berbeda. Pemain cadangan duduk berjarak 1 meter dan wajib menggunakan masker. Sementara di lapangan sendiri tidak diperbolehkan merayakan gol sambil berdekatan dan penggantian hingga 5 pemain diijinkan.

Hanya ada maksimal 300 orang yang berada di stasion termasuk staff, pemain, kru TV, dan petugas keamanan sehingga praktis tidak ada penonton dalam stadion. Beberapa klub menggunakan foto suporter yang dicetak di karton untuk ditempatkan di stadion serta memutar audio berupa suara teriakan penonton agar stadion terasa lebih hidup. Namun untuk hal ini Korea Selatan lebih inovatif: Mereka menggunakan boneka seks.

Hanya orang cerdas yang mampu melihat kesempatan dalam kesulitan. Jika Bundesliga adalah orang, maka ia termasuk dalam golongan cerdik pandai ini. Bundesliga, selama bertahun-tahun, berusaha untuk mengakhiri dominasi Premier League dalam lanskap sepakbola global. Klub-klubnya telah membuka kantor di seluruh dunia, mencoba membuka pasar baru dan meningkatkan penjualan kaus mereka. Bundesliga telah terbukti mahir dan inovatif dalam mengelola penyiarannya. Coba sekali-sekali anda menonton langsung pertandingan Bundesliga di TV dan rasakan bedanya dengan pertandingan di Premier League. Konsep siaran langsung Bundesliga jauh lebih menarik daripada Premier League.

Dengan pertama kali kembali ke pentas dunia, maka setiap mata akan mengarah ke Bundesliga. Hal ini tentu akan menaikkan nilai jual mereka kedepannya. Bahkan akun twitter milik Schalke secara provokatif mencoba menarik para fans Premier League untuk menonton pertandingan mereka. Di sosial media tersebut, mereka memasang foto Oezil dan Kolasinac ketika berseragam Schalke dan meminta suporter Arsenal untuk mendukung mereka di Bundesliga. Mereka juga berusaha untuk membaptis suporter Manchester United dengan alasan sama-sama tidak menyukai Jurgen Klopp.

Dalam hal restart ini Bundesliga harus berterima kasih kepada para pekerja medis di Jerman yang memungkinkan semua ini terjadi. Hingga Mei 2020, Jerman mampu melakukan tes swab secara agresif hingga 130.000 lebih tes per hari dan memproduksi hingga 50.000 masker per minggu. Kemampuan sistem kesehatan Jerman ini membuat penyebaran Covid-19 di Jerman mampu ditangani. Jika pada puncaknya Jerman mencatat kasus positif sebanyak 6.200 kasus positif dalam sehari, maka saat ini konfirmasi kasus positif hanya berkisar 300-400 per hari.

Kondisi Jerman dan Bundesliga ini mengingatkan saya pada sebuah video yang beredar di WA group beberapa waktu yang lalu. Video tersebut dibuat berdasarkan artikel yang ditulis oleh Tomas Pueyo dimana ia menjelaskan konsep kehidupan setelah Corona. Ia menamakannya The Hammer and The Dance.

Menurutnya, langkah pertama dalam menyelesaikan krisis Corona ini adalah dengan menekan kurva penularan hingga semaksimal mungkin. Ini adalah fase The Hammer. Tujuannya tentu untuk membuat sistem kesehatan tidak kelebihan beban. Setelahnya akan ada riak-riak kecil dimana angka penularan akan meningkat tapi tidak setinggi yang pertama. Kita harus bisa beradaptasi dan hidup berdampingan dengan riak tersebut. Kita wajib mampu berdansa dengan Corona hingga vaksin ditemukan. Ia menyebutnya: The Dance. Dan Bundesliga saat ini sedang berdansa dengan Corona.